Migrasi Sebagian!

Saya batasi blog ini khusus yang berbahasa Indonesia saja, sedangan di blog yang satunya dalam bahasa Inggris yang awalnya saya buat untuk syarat ikutan kontribusi nulis di Travelicious.world.

Jadi...blog ini masih akan tetap hidup untuk share beberapa info yang gak cuma soal perjalanan.

Beberapa post tentang jurnal traveling saya pindahkan ke url baru:  http://lilitanurdiana.com



Showing posts with label jawa. Show all posts
Showing posts with label jawa. Show all posts

Sunday, May 3, 2015

Pulau Biawak

Well I planned to make a shared trip to Pulau Biawak last year, but it was forgotten because I was always cheap everytime a friend offered me to join any trip I was just swept away by it 😉

How to get there?
- Go to Indramayu by bus or train
- From there, rent a car to Karangsong Peer
- Rent a boat to Pulau Biawak, normally it needs around 3 hours to reach the island.

The island needs to be taken care really seriously because I could see the buildings weren't well-maintained while nowadays so many people would visit the island.

And one more thing, please bring along the raw foods because they only provide the stove and other kitchen tools. We need to cook by ourselves.


A photo posted by Lilita (@lilitanurdiana) on



A photo posted by Lilita (@lilitanurdiana) on

A photo posted by Lilita (@lilitanurdiana) on

A photo posted by Lilita (@lilitanurdiana) on

A photo posted by Lilita (@lilitanurdiana) on


A photo posted by Lilita (@lilitanurdiana) on

Saturday, March 28, 2015

Stone Garden

Sebelum kesampaian ke Machu Picchu, mending ke sini dulu. Gak mahal dan gak malu-maluin walau pakai acara jatuh terjerembab pas turun lari gak bisa ngerem lol. Memang rada terjal sih trekking pathnya, jadi harus extra hati-hati.

Stone Garden ini konon ditemukan dan dipropose oleh para hiker untuk dijadikan tempat wisata.

Menuju ke sana gampang, keluar tol Padalarang dan tinggal tanya dimana letak Goa Pawon, satu lokasi kok sama Stone Garden.

Kemarin itu sih saya dan 11 teman lainnya nyarter elf seharian, kena Rp 1.500.000,- all-in. Tiket masuk ke lokasi Rp 5.500,-/orang.

Dari gerbang dan parkiran, dibutuhkan trekking semi hiking menuju Stone Garden sekitar 30 menit. Buat saya yang anti tanjakan, lumayan bikin ngos-ngosan dan dengkul kretek-kretek. Tapi worth it banget effortnya, setelah sampai atas langsung lupa perjuangan untuk sampai ke sana.


Penampakan dari parkiran bawah


Penanjakan











travelmates









Diendorse Radusa Indonesia




Saturday, December 13, 2014

Satu Pohon Untuk Gunung Prau

Akhir November lalu, saya ikutan pendakian Gunung Prau dari Dieng.
Iya. Hiking. Saya.
Seriously!

Gak percaya? Ini barbuknya:



Jalan Jumat malam dari Al Azhar sekitar jam 21:00, nyampe Dieng molor sesuai perkiraan. Tapi masih mending dibanding trip Agustus lalu, ini sampe sana Sabtu sekitar jam 14:00. 

Kita jalan dengan bus kecil yang dicarter oleh pihak EO, Simply Traveler. Biayanya juga cuma 435,000 all-in. Yang unik adalah trip ini mengusung program "Satu Pohon Untuk Gunung Prau". Saya mendukung banget pokoknya.

Ini pendakian pertama saya lho, dulu-dulu kan ke gunungnya pake cable car. Waktu ke Ijen juga hitungannya trekking doang gak pake hiking. Dan itupun cuman sekitar 2 jam. Jaman 3 tahun lalu ke EBC (Everest Base Camp), walaupun lebih dari 5,300 MDPL tapi kan masih bisa dijangkau dengan jeep, mendakinya pun cuma sebentar walaupun itu bikin warna muka saya jadi ungu dan bikin was-was orang-orang yang lihat hahaha. Ya maklum ketinggian segitu sudah pasti super minim oksigen.

Pendakian ke Gunung Prau dimulai menjelang gelap dan sampai puncak sekitar tengah malam via Dieng karena dinilai paling aman dan tidak terjal, walaupun rutenya lebih panjang.


Saya dan "Satu Pohon Untuk Gunung Prau" disertai iklan tidur-tiduran dll

Bongkar tenda dan turun gunung, kebanyakan rehat & fotonya jadi lama sampe bawah, lol

Waktu turun gunung, sempet nemu Tele Tubbies di Bukit Tele Tubbies




Rada nyesel juga naik gunung pas sudah masuk musim hujan. Mesti hujan-hujanan, becek-becekan dengan setelan jas hujun macem manusia kresek. Mendaki jadi lebih berat daripada biasanya. Gak dapet view Negri di Atas Awan gara-gara berkabut parah huhuhu...

Kami juga sempat ngalamin badai angin semalaman sampai pagi sebelum bongkar tenda, mau buang hajat pun perjuangan sekali jadinya, sambil payungan dan nyabutin rumput untuk ninggalin jejak, di balik pohon. Mana tenda saya sempet juntai nyaris rubuh lho.

Penasaran nyaksiin sendiri view dari Puncak Gunung Prau, harus ke sana lagi, tapi tunggu lupa sama capeknya dulu sih ya pastinya.

Dan terima kasih banyak untuk Mas Emil, salah satu guide, yang pasrah minjemin tangannya buat mapah saya di tiap medan terjal. Sabar banget nemenin saya yang tiap 10-20 langkah rehat ngambil napas, udah macem nenek-nenek. Juga Zamroni, salah satu peserta yang sempet awal-awal minjemin tangannya. Besok-besok kalau saya naik gunung harus sewa tangan dan joki buat ngangkut carrier deh kali ya 😉



Saturday, December 6, 2014

Ujung Kulon: Weekend Getaway

Setelah tertunda sekian minggu, akhirnya sukses juga postingan trip ke Ujung Kulon (UK) ini. Maklum, selain saya sok sibuk, dibutuhkan juga mood bagus untuk ngedit foto dan merangkai kata.

Sekian bulan sebelum trip ini, saya sudah bayar lunas biaya trip ke UK dengan Wuki Traveler. Tapi beberapa hari menjelang hari H, ngedadak saya demam dan gak berani jalan ikutan trip. Untungnya sih ada yang gantiin kursi saya jadi gak hangus duwitnya. Nah, kali ini saya benaran pergi nih...

Di suatu jumat malam di bulan November, rombongan dengan total sekitar 45 orang, jalan dari Plasa Semanggi dengan 1 bus 47 seat dan 1 elf menuju Anyer. Meeting point dengan ABK di dermaga Taman Jaya Sabtu pagi. Perjalanan darat memakan waktu sekitar 8 jam.

Sekitar jam 06:00 pagi, kami berlayar menuju Pulau Peucang dengan 2 kapal, kurang-lebih butuh 3 jam ya perjalanan lautnya.

Setelah kelar check-in di penginapan Pulau peucang, kami balik naik ke kapal menuju snorkeling spot (2 spot) dan makan siang di atas kapal sebelum snorkeling.




Drama dari reuni Trip Aceh di Pelabuhan Taman Jaya sampai action Lucy Liu VS Zhang Zi Yi di Pantai Pulau Peucang



Underwater di kisaran Pulau Peucang dan Pulau Badul




Sorenya kita menukmati sunset di Tanjung Layar, tapi sayangnya gak dapet sunsetnya. Untungnya viewnya bagus banget.


Tanjung Layar
Aktivitas di atas kapal




Kami balik ke Pulau Peucang untuk makan malam cumi dan ikan bakar, lalu tepar tidur sampai pagi.

Hari ke 2, sekitar jam 06:00 pagi, kapal berlayar dan kami merapat di Cidaon untuk trekking demi menikmati view para badak yang sedang berjemur. Harus jalan mengendap-ngendap supaya mereka gak kabur.







Dari Cidaon kami balik ke Pulau Peucang untuk sarapan dan persiapan snorkeling di spot ke 3, yakni di Pulau Badul. Tapi sebelum snorkeling, kami canoeing dulu di Cigenter.



Suasana di Pulau Badul



Pulangnya, ngaret banget karena ada rombongan yang egois gak mau peduli peserta lain, harusnya sekitar jam 14:00 kita sudah jalan menuju Jakarta eh ini sih Magrib baru jalan. Itupun setelah saya dan peserta lain negor panitianya supaya tegas ke rombongan tersebut. Resiko pergi dengan rombongan besar ya begitu ya.

Untuk pencegahan malaria, saya minum 2 tablet pil kina yakni Resochin seminggu sebelum ke UK, 2 tablet lagi saat tiba di UK. Dan rencananya 4 minggu ke depan akan terus minum 2 pil/minggunya.



Saturday, October 4, 2014

Pulau Tunda: Weekend Getaway

Marilah penuhi weekend sampai akhir tahun 2014 dengan ceria, berhubung cuma bisa ngelayap pas weekend aja. Nasib si fakir cuti 😅

Tadinya sih saya dan Dina daftar trip ke Pulau Tunda untuk minggu ke 2 Oktober pakai EO anak BPI, tapi galau terus malah si Dina terlanjur janjian sama temen-temen kantornya paralayang di Puncak. Keburu full seat pas mau daftar lagi hahaha.

Tapi untungnya pas minggu ke 4 Oktober ada EO lain yang ngadain trip ke sana juga. Saya ajak lah Elly, Dewi, dan Thomas yang boyong gengnya untuk ikutan. Seru, totalnya jadi 21 orang.

Kayaknya saya harus pensiunin si AW100 dan ganti GoPro nih, sirik mampus sama temen yang bikin video klip sambil free dive.


Ini ringkasannya:

Sabtu jam 05:00 subuh saya sudah stand by janjian sama Dewi dan adiknya di halte Jagorawi Citeurep untuk naik APTB Cibinong-Grogol. Kita turun di halte busway Slipi Jaya, lanjut naik bus Primajasa Rp 25.000/orang ke Merak bareng Elly juga.

Sekitar jam 07:30 kami tiba di Terminal Bus Pakupatan Serang dan janjian sama yang lainnya di sana sampai jam 08:00, molor 30 menit karena ada yang telat.

Jam 08:30 kita jalan ke Dermaga Karangantu dengan 2 angkot carteran, sekitar sejam kemudian kita nyeberang ke Pulau Tunda dengan kapal pinisi yang sudah dicarter TID Trip. Butuh sekitar 2 jam untuk mencapai Pulau Tunda.

Hari pertama kami snorkeling di 3 spot, agak kencang arusnya karena sudah menjelang sore. Hanya di spot ke 3 yang lumayan tenang arusnya. Karangnya lumayan tajam dan menghasilkan baretan-baretan manis di betis dan dengkul saya.

Hari kedua juga snorkeling di 3 spot dan semuanya memuaskan, walau airnya rada keruh ya.

Lumayan lah dengan Rp 325.000/orang kita bisa menghabiskan akhir pekan tanpa manyun, walau kulit rada belang 😄


Dari galeri foto-nya Sandro

Saking damainya arus laut, asik buat bobok-bobok sore

Sebagian diambil dari galeri Mas Bandi dan teman-teman

Perdana free dive



Keren yah ini pake #GoPro nya temen. #PulauTunda #nofilter

A photo posted by Lilita (@lilitanurdiana) on


Saturday, December 21, 2013

Bromo: Trip Penuh Cobaan

Yuhuuuu... akhirnya tercapai hasrat ke Bromo setelah beberapa kali batal. Yang inipun nyaris batal sebenernya. Kenapa?

Pertama karena Keliling Nusantara, si EO Surabaya-Bromo ternyata batalin trip sepihak tanpa info padahal saya udah transfer DP. Alesannya karena katanya peserta cuma 2 (saya dan teman) dan gak menuhin quota. Untungnya Sabtu pagi saya telp, kalau nggak bisa macem orang begok sampe Surabaya cuman bisa kuliner doang. Terus saya buru-buru browsing dan dapetin EO lain yang ternyata lebih murah dan masih ada seat, tapi start dari Malang. Sayapun akhirnya booking travel Bandara Djuanda-Malang. Tapi lalu batal lagi gara-gara insiden kedua.

Yang kedua ini karena saya ketinggalan flight Airasia. Pertama kali dalam hidup saya ketinggalan pesawat karena macet parah dari Cimanggis sampai Priok, menggoreskan trauma yang sangat mendalam, dan terpaksa harus berurusan dengan calo tiket 😓

Saya suruh si temen untuk jalan duluan dan nunggu di Bandara Djuanda, lalu dengan gontai sayapun nyusurin semua kantor airlines yang ada di terminal 1 dan 3 Bandara Soekarno-Hatta demi dapetin tiket baru ke Surabaya. Tapi semua sold out L

Setelah hopeless nego sama para calo tiket dan berniat balik ke Bogor, akhirnya ada tuh calo yang nawarin tiket Lion Air ke Surabaya dengan harga 900,000 untuk flight jam 21:30. Sempet saya tawar 800,000 tapi gak berhasil. Duh rada gak rela juga sebenarnya, tapi berhubung temen nungguin sendirian di Bandara Djuanda, sayapun akhirnya nekad beli tu tiket.

Saking paranoidnya, saya gak mau bayar sebelum saya aman masuk ke area boarding karena nama yang tertera di tiket atas nama Mr. Marpaung Fawzi. Setomboy-tomboynya saya, tetep petugas bandara gak akan salah duga saya seorang Bapak-bapak dong. Karena saya keukeuh, Si Bapak Calo akhirnya ngalah nganterin saya sampai dalem.

Tapi...tau gak, si Lion Air ternyata flightnya delayed jadi 23:00. Saya sudah panik, karena janjian sama EO di Malang jam segituan, lha gimana caranya kalo jam 24:00 saya baru sampai Surabaya? Akhirnya si EO, Mas Ibas, dengan baik hati setuju untuk nunggu. Saya lega sesaat, karena si Singa Udara take-off jam 24:00!! Mau marah bingung karena tiket saya atas nama bapak-bapak, kalau saya cuap-cuap protes ngeri ketahuan tiket saya bukan atas nama saya.

Kebayang dong betapa mood saya dropnya macem gimana? Saya kembali pasrah, tapi tetap berusaha komunikasi dengan Mas Ibas soal keterlambatan saya. Berhubung jadwalnya kacau, saya dan si temen terpaksa nyarter mobil sampai Cemoro Lawang. Awalnya dapet 350,000 hasil nego via telp, tapi sampai Djuanda kenapa mereka jadi minta 500,000?? Dan sesampainya di Cemoro Lawang mereka minta ditambahin duwit bensin jadi 600,000. 

Saat itu bener-bener kesabaran dan mental saya diuji. Saya langsung berpikir apa karena saya masih kurang banyak berbagi sama yang Dhuafa ya, jadi saya berusaha legowo jalanin J

Thank God untungnya perjalanan Surabaya-Cemoro Lawang lebih cepet dari perkiraan, cuma sekitar 2 jam. Setelah itu gak ada tragedi aneh lagi. 

Setelah ketemu rombongan di Cemoro Lawang sekitar jam 04:00 dini hari, kita ber-7 plus sopir langsung naik ke lokasi sunrise, lanjut ke Kawah Bromo, Pasir Berbisik dan Bukit Teletubbies. Dan gak lupa untuk jajan sate ayam, bakso dan cilok 😋

Oh ya, sebaiknya kalau mau ke Bromo hindari hari Minggu karena suasananya gak santai, banyak banget pengunjungnya.

Siangnya kami didrop di tengah kota Malang, janjian sama temen untuk numpang mandi di rumahnya. Baiknya si temen, kami dianterin ke tempat oleh-oleh segala.

Setelah selesai makan, kami dijemput travel yang sudah saya booking via telepon sehari sebelumnya. Malang - Djuanda kena 70,000/orang.

Ada kemungkinan saya akan balik lagi ke Malang suatu hari, karena banyak candi-candi cantik di sana yang belum sempat saya kunjungin. Well, until then, Malang.

Special thanks untuk Mas Ibas dari Backpack Tour Malang yang sudah sabar ngeladenin si cewe nekad yang ditimpa kemalangan bertubi-tubi ini.








Saturday, November 16, 2013

Trip Gokil: Menjangan, Ijen, Baluran

Kenapa saya bilang gila?

Saya nekad naik kereta selama 14 jam ke Surabaya. Padahal saya tahu banget kalau saya paling gak betah-an duduk berjam-jam lho. Lha ini 14 jam! Trip Toraja-Makassar 2 hari 2 malem dalem mobil masih kalah ok sama ini.

Ini dalam rangka ikutan acara jalan salah satu grup di BPI explore Jawa timur. Tapi pulangnya saya gak bareng rombongan karena ngejar waktu besokannya mesti ngantor pagi-pagi.

Paska 10 jam saya dan beberapa teman mulai uget-uget macem cacing kepanasan gak betah karena bokong pada nyeri 😁

Sabtu 2 Nov jam 10:30 pagi kami berangkat dari stasiun Kota, rombongan 30-an orang. Dan perjuangan 14 jam gak sia-sia karena tripnya seru banget, objectnya juga gak kalah seru.

Ini ringkasannya:

Day 1

14 jam perjalanan dengan kereta Gaya Baru Malam dari stasiun Jakarta Kota ke Stasiun Gubeng Surabaya.



Day 2

Minggu dini hari kami tiba di stasiun Gubeng, lanjut dengan elf ke Menjangan, Bali. Elf-nya nyaman dan ada colokan listrik di sebelah jok saya, maklum abg masa kini gak bisa jauh-jauh dari colokan.

Pas di gerbang Banyuwedang sempet ada insiden nyebelin yang melibatkan KTP saya. Saya sempet heran kok cuma saya yang dipanggil turun menghadap ke kantor si Petugas. Ternyata petugasnya nyari-nyari celah untuk dapetin duwit dengan cara yang najis *maaf* banget. KTP saya memang baru dan lupa saya tanda tanganin. Itu dijadiin perkara.

Setelah saya tandatanganin tu KTP dan panitia rombongan berusaha nego, akhirnya kami hanya perlu "nyumbang" Rp 30,000 ke si petugas korup tersebut. Tampangnya saya gak akan lupa. Ada 2 orang Bapak tua. Nah pelajaran ya guys, hati-hati sama petugas korup di gerbang Banyuwedang.

Sekitar jam 11:00 kami tiba di Menjangan dan saya pun kalap snorkeling, amazed sama banyaknya ikan dan aneka coral yang cantik. Gak salah saya napsu banget kepengen ke sini sejak 2 tahun lalu.

Sorenya setelah selesai bilas dan rempong ganti baju di dalem elf karena kamar mandinya banjir, kami langsung ngebut ke kawasan Ijen. Sempat makan malem dulu di jalan dan sampai Ijen setelah 5 jam maksain tidur di elf. Tapi teuteup saya gak berhasil tidur.

Menjangan Island

Underwater Menjangan


Day 3

Buat yang gak biasa naik gunung macem saya, wajib pakai jaket hangat, sepatu dan kaos kaki, sarung tangan, kupluk dan syal. Saya niatin bawa sepatu karena saya denger medan trekkingnya licin dan curam plus dingin. Sayang saya gak berani turun ke kawasan Blue Fire, karena saat itu rame banget orang bejubelan turun dan ngeri kalau sampai kepeleset. Ditambah lagi saya kedinginan dan ngantuk karena 2 malem gak berhasil tidur. Alibinya banyak, kan?

Paginya setelah sarapan di warung dekat parkiran Ijen, kami lanjut ke Baluran. Butuh waktu sekitar 4 jam dari Ijen ke Baluran. Sampai sana kami mesti nunggu di parkiran depan wisma Baluran sampai waktu check-in jam 13:00 sambil ditemenin monyet-monyet yang gelantungan dan napsu mau ngembat cemilan kita.

Nyeselnya, kenapa sore-sore jam 17:00 saya napsu banget snorkeling di Pantai Bama. Ternyata gak seru! Saya harus berenang dulu dari Pantai ke spot yang dibilang si Bapak yang nyewain snorkel gear, 500 meter-an lho! One way! Itupun masih ada rumput dan ikannya semacem brenyit-brenyit doang.

Akhirnya setelah capek, saya ngajak 3 orang lainnya balik ke pantai karena udah mulai gelap. Sempet ada tragedi baju saya ketinggalan di elf, jadi saya mesti balik ke elf ngambil baju ganti dan terpaksa pakai baju basah lagi. Balik ke bilasan untuk mandi lagi dong. Ckckck wistuwo.

Tadinya kita diwanti-wanti untuk pakai lotion anti nyamuk kalau malem, tapi ternyata nyaris gak ada nyamuk walaupun saya dan beberapa teman gelaran kasur di teras lantai 2 depan kamar kami. Gak tahan tidur di dalem kamar yang gak ber-ac dan gak ada kipas angin. Wong tanah aja pecah-pecah saking gersangnya, kebayang dong betapa panasnya udara di sono.


Ijen Crater

Taman Nasional Baluran


Day 4

Pagi-pagi sekitar jam 06:00 kami sudah mesti ngacir ninggalin Baluran demi ngejar jadwal kereta ke Jakarta. Sedangkan saya ngejar jadwal Sriwijaya Air jam 15:50.

Trip kali ini lumayan tepat waktu, panitianya lumayan ok.
Thank you Wuri dan Eki (Wuki Traveler) buat trip yang seru ini.

Friday, May 10, 2013

Short Getaway: Surabaya - Madura

Setelah terpending sekian tahun, akhirnya tercapai juga ke daerah penghasil garam terbesar negri ini. Pergi ngeteng berdua di suatu weekend via Surabaya. Si temen hasil promo 188rb Citilink, sedangkan saya promo 88rb Mandala. Haha masih menang murah saya! 

Perjalanan dari Surabaya ke Madura lumayan bikin pegel, hampir 4 jam. Mana pake acara ketiduran di bus pas lewatin jembatan Suramadu, bangun cekikikan berdua batal nyaksiin jembatan itu. Muka bantal semua, akibat berangkat dari Bogor dini hari, cuma sempet tidur 3 jam.

Dengan berbekal info hotel hasil googling sana-sini, akhirnya kami memutuskan untuk menginap di Hotel Mitra Land di Sumenep. Letaknya di pinggir jalan yang dilewatin bus Surabaya-Kalianget. Murah banget, cuma Rp 65,000/night sudah AC, twin bed dan kamar mandi dalam. Kalau minat stay di hotel ini, minta yang lantai 2 yah, karena lebih bagus.

Ini dia penampakan hotelnya yang saya foto pakai BB, karena rempong ngeluarin si kamera dari tas.





Setelah check-in dan bersih-bersih, sore itu kami langsung meluncur dengan naik becak ke Keraton dan Mesjid Agung Sumenep. Sempat lesehan makan soto Madura yang rasanya unik dan ngobrol sama si Ibu Penjual. Lalu lanjut ke Asta Tinggi dengan becak lagi. Malemnya nongkrong di Pelabuhan Kalianget, ngeliatin nelayan yang ngangkutin hasil lautnya.


Keraton Sumenep

Kisaran Sumenep

Api Abadi di Pamekasan, maaf kurang fokus fotonya

Minggu paginya, sekitar jam 8 kami sudah nongkrong di depan hotel nungguin bus atau travel yang lewat. Dengan travel minibus yang biasa disebut kol setan kalo di Bogor-Puncak-Sukabumi, kamipun selamat sampai Pamekasan setelah cengengesan sama si Temen nyaris sepanjang perjalanan karena banyak adegan absurd di dalam kendaraan.

Dari terminal Pamekasan, kami lanjut naik ojek motor ke lokasi Api Tak Kunjung Padam. Jalanannya jelek banget, gak kebagian jatah subsidi perbaikan jalan apa ya? Api-api abadi tersebut dimanfaatkan untuk memasak warga setempat, di daerah ini kayaknya rumah gak perlu punya kompor.

Sekejap di Pamekasan, kami lalu ke Bangkalan. Ngantri panjang demi nyicipin Nasi Bebek Sinjay. Taiye, sistem ngantrinya unik lho, bayar di loket kanan dan ambil makanan di loket kiri. Gak sedikit mobil berplat Bogor dan Jakarta yang parkir di depan resto.

Setelah kenyang, kamipun naik angkot ke Pasar Senin karena katanya gak ada angkutan umum yang langsung ke Menara Sembilan-nya Tanjung Piring. Mesti nyambung lagi dengan ojek motor, dan ternyata memang lokasinya di pelosok. Ditodong duwit masuk Rp 2,000/motor sama ibu warung di gerbang menara.

Ini hasil melancong ke Menara Sembilan di Tanjung Piring peninggalan Belanda. Sebagian diambil dari atas ojek yang melaju. Di dalam menara sendiri, isinya gak jauh dari pasangan yang pacaran, di tiap lantai ada! Pas saya sama temen masuk, mereka agak-agak risih karena lagi pacaran terganggu. Oh ya, kami gak kuat sampai ke lantai paling atas, memutuskan hanya sampai lantai 7.





Kelar urusan memuaskan hasrat melancong ke Madura, kami balik ke Surabaya dengan bus. Agak lama dapet busnya, sempat lala-lili di pinggir jalan dan curhat sekian episode. Sempet juga ditipu tukang taksi berlebel Express padahal gadungan dengan argo yang sepertinya disetting "special". Juga cekikikan sepanjang jalan dari Jembatan Merah ke terminal Bungurasih karena sopir angkotnya super keukeuh, bermental baja banget untuk dapetin penumpang.

Well, ini hasil mampir ke Jalan Gula sebelum ke airport Djuanda.




Sekilas biaya:
Tiket Mandala Jakarta-Surabaya PP: Rp 236,000  
Damri Bogor-Soetta PP: Rp 80,000/orang
Damri Bandara Djuanda - Bungurasih PP: Rp 30,000/orang
Bus Bungurasih - Madura : Rp 42,000/orang
Bus Bangkalan - Bungurasih: Rp 15,000/orang
Travel minibus: Rp 10,000/orang 
Hotel: Rp 65,000/2 = 32,500/orang
Becak sekali jalan: Rp 15,000/2 = 7,500/orang
Ojek sekali jalan: Rp 25,000-40,000
Odong2 dari Bebek Sinjay ke Pasar Senin: Rp 2,500/orang
Odong2 dari Wisata Batik ke Pertigaan Bangkalan-Suramadu: Rp 5,000/orang
Paket Nasi Bebek Sinjay: Rp 19,000
Admission Fee Menara Sembilan: Rp 3,000/orang/motor
Ditodong aki-aki preman Jl. Gula: Rp 15,000/2 = 7,500/orang
Angkot Jembatan Merah ke Bungurasih: Rp 5,000/orang



















Monday, August 30, 2010

Mudik Ke Pacitan

Mungkin pekan ini ke depan arus mudik mulai padat merayap, tapi keluarga saya anteng-anteng aja tuh. Saya malah sibuk siang-malam mengejar coin 2 juta di FarmVille demi bisa memperluas lahan 26x26 hahaha gak penting banget kan, ya?

Iyaaa...kami sudah mudik di awal Agustus. Ke Pacitan. Kampungnya SBY, kalo kata nyokap sih. Terus kenapa kalo kampungnya SBY? 😅

Demi menghindari arus mudik yang padat dan bokong cidera karena kelamaan duduk, kami memang mutusin mudik lebih awal. Wong yang ga peak season aja bikin pegel banget kok duduk berjam-jam di dalem bus yang bentar-bentar mampir transit dan mengoper kami sampe 3x ke bus lain. Kena diboongin sama agen tiket langganan nyokap nih. Next time mudik mending rombongan sekeluarga pake mobil pribadi aja. Dihitung-hitung biayanya juga ga beda jauh. Niatnya naek bus kan buat ngirit. Tapi sama sekali tidak mengirit waktu. Dah mana 1 dus oleh-oleh yang dikasih sepupu ilang 😓

Senang banget bisa mudik setelah sekian lama. Terakhir ke Pacitan jaman masih TK yang kala itu saya disambut bak tamu agung sama orang sekampung. Dan ternyata kali inipun masih disambut ala tamu agung. Maklum, lokasi perkampungan tempat kelahiran nyokap masih di kaki gunung banget dan kekeluargaannya kental sekali. Semua ramah, bikin terharu.

Sempat mutar-mutar kecamatan dan diajak ke Goa Gong dan Pantai Teleng Ria pake Suzuki Katana-nya sepupu.

Baiklah, ini dia foto-foto hasil mudik kala itu, maklum ya resolusi terbatas karena pake henpon.


Persiapan munggahan, sempet-sempetnya manjat pohon segala

Goa Gong


Di Pantai Teleng Ria, masih sambungan Pantai Laut Selatan

Foto di segala penjuru kampung, biar diaku orang Pacitan ^_^


saya mejeng di balik pager rumah sepupu


Pemandangan Gunung Jaran dari lantai 2 rumah sepupu

Menuju pemakaman, nanjakin bukit batu terjal