Migrasi Sebagian!

Saya batasi blog ini khusus yang berbahasa Indonesia saja, sedangan di blog yang satunya dalam bahasa Inggris yang awalnya saya buat untuk syarat ikutan kontribusi nulis di Travelicious.world.

Jadi...blog ini masih akan tetap hidup untuk share beberapa info yang gak cuma soal perjalanan.

Beberapa post tentang jurnal traveling saya pindahkan ke url baru:  http://lilitanurdiana.com



Saturday, December 13, 2014

Satu Pohon Untuk Gunung Prau

Akhir November lalu, saya ikutan pendakian Gunung Prau dari Dieng.
Iya. Hiking. Saya.
Seriously!

Gak percaya? Ini barbuknya:



Jalan Jumat malam dari Al Azhar sekitar jam 21:00, nyampe Dieng molor sesuai perkiraan. Tapi masih mending dibanding trip Agustus lalu, ini sampe sana Sabtu sekitar jam 14:00. 

Kita jalan dengan bus kecil yang dicarter oleh pihak EO, Simply Traveler. Biayanya juga cuma 435,000 all-in. Yang unik adalah trip ini mengusung program "Satu Pohon Untuk Gunung Prau". Saya mendukung banget pokoknya.

Ini pendakian pertama saya lho, dulu-dulu kan ke gunungnya pake cable car. Waktu ke Ijen juga hitungannya trekking doang gak pake hiking. Dan itupun cuman sekitar 2 jam. Jaman 3 tahun lalu ke EBC (Everest Base Camp), walaupun lebih dari 5,300 MDPL tapi kan masih bisa dijangkau dengan jeep, mendakinya pun cuma sebentar walaupun itu bikin warna muka saya jadi ungu dan bikin was-was orang-orang yang lihat hahaha. Ya maklum ketinggian segitu sudah pasti super minim oksigen.

Pendakian ke Gunung Prau dimulai menjelang gelap dan sampai puncak sekitar tengah malam via Dieng karena dinilai paling aman dan tidak terjal, walaupun rutenya lebih panjang.


Saya dan "Satu Pohon Untuk Gunung Prau" disertai iklan tidur-tiduran dll

Bongkar tenda dan turun gunung, kebanyakan rehat & fotonya jadi lama sampe bawah, lol

Waktu turun gunung, sempet nemu Tele Tubbies di Bukit Tele Tubbies




Rada nyesel juga naik gunung pas sudah masuk musim hujan. Mesti hujan-hujanan, becek-becekan dengan setelan jas hujun macem manusia kresek. Mendaki jadi lebih berat daripada biasanya. Gak dapet view Negri di Atas Awan gara-gara berkabut parah huhuhu...

Kami juga sempat ngalamin badai angin semalaman sampai pagi sebelum bongkar tenda, mau buang hajat pun perjuangan sekali jadinya, sambil payungan dan nyabutin rumput untuk ninggalin jejak, di balik pohon. Mana tenda saya sempet juntai nyaris rubuh lho.

Penasaran nyaksiin sendiri view dari Puncak Gunung Prau, harus ke sana lagi, tapi tunggu lupa sama capeknya dulu sih ya pastinya.

Dan terima kasih banyak untuk Mas Emil, salah satu guide, yang pasrah minjemin tangannya buat mapah saya di tiap medan terjal. Sabar banget nemenin saya yang tiap 10-20 langkah rehat ngambil napas, udah macem nenek-nenek. Juga Zamroni, salah satu peserta yang sempet awal-awal minjemin tangannya. Besok-besok kalau saya naik gunung harus sewa tangan dan joki buat ngangkut carrier deh kali ya 😉



Saturday, December 6, 2014

Ujung Kulon: Weekend Getaway

Setelah tertunda sekian minggu, akhirnya sukses juga postingan trip ke Ujung Kulon (UK) ini. Maklum, selain saya sok sibuk, dibutuhkan juga mood bagus untuk ngedit foto dan merangkai kata.

Sekian bulan sebelum trip ini, saya sudah bayar lunas biaya trip ke UK dengan Wuki Traveler. Tapi beberapa hari menjelang hari H, ngedadak saya demam dan gak berani jalan ikutan trip. Untungnya sih ada yang gantiin kursi saya jadi gak hangus duwitnya. Nah, kali ini saya benaran pergi nih...

Di suatu jumat malam di bulan November, rombongan dengan total sekitar 45 orang, jalan dari Plasa Semanggi dengan 1 bus 47 seat dan 1 elf menuju Anyer. Meeting point dengan ABK di dermaga Taman Jaya Sabtu pagi. Perjalanan darat memakan waktu sekitar 8 jam.

Sekitar jam 06:00 pagi, kami berlayar menuju Pulau Peucang dengan 2 kapal, kurang-lebih butuh 3 jam ya perjalanan lautnya.

Setelah kelar check-in di penginapan Pulau peucang, kami balik naik ke kapal menuju snorkeling spot (2 spot) dan makan siang di atas kapal sebelum snorkeling.




Drama dari reuni Trip Aceh di Pelabuhan Taman Jaya sampai action Lucy Liu VS Zhang Zi Yi di Pantai Pulau Peucang



Underwater di kisaran Pulau Peucang dan Pulau Badul




Sorenya kita menukmati sunset di Tanjung Layar, tapi sayangnya gak dapet sunsetnya. Untungnya viewnya bagus banget.


Tanjung Layar
Aktivitas di atas kapal




Kami balik ke Pulau Peucang untuk makan malam cumi dan ikan bakar, lalu tepar tidur sampai pagi.

Hari ke 2, sekitar jam 06:00 pagi, kapal berlayar dan kami merapat di Cidaon untuk trekking demi menikmati view para badak yang sedang berjemur. Harus jalan mengendap-ngendap supaya mereka gak kabur.







Dari Cidaon kami balik ke Pulau Peucang untuk sarapan dan persiapan snorkeling di spot ke 3, yakni di Pulau Badul. Tapi sebelum snorkeling, kami canoeing dulu di Cigenter.



Suasana di Pulau Badul



Pulangnya, ngaret banget karena ada rombongan yang egois gak mau peduli peserta lain, harusnya sekitar jam 14:00 kita sudah jalan menuju Jakarta eh ini sih Magrib baru jalan. Itupun setelah saya dan peserta lain negor panitianya supaya tegas ke rombongan tersebut. Resiko pergi dengan rombongan besar ya begitu ya.

Untuk pencegahan malaria, saya minum 2 tablet pil kina yakni Resochin seminggu sebelum ke UK, 2 tablet lagi saat tiba di UK. Dan rencananya 4 minggu ke depan akan terus minum 2 pil/minggunya.



Sunday, October 19, 2014

Weekend Getaway di 2 Kota Bersejarah: Penang dan Melaka

Saya sempat galau karena sahabat ada yang nikahan tanggal 12 October, tapi berhubung saya ngebet banget pengen manfaatin ticket Jakarta - KL yang saya beli nyaris setahun lalu itu, saya pun gak pergi kondangan. Sebenarnya bukan KL yang saya tuju, niat pertama sih mau ke Melaka atau Malacca yang hanya perlu waktu 2 jam dari KLIA2 ke Melaka Sentral dengan Transnasional Bus.

Tapi kok sekitar sebulan lalu saya tiba-tiba kepingin melancong ke Penang juga, dan kebetulan lagi ada promo Airasia dari KL ke Penang hanya Rp 173.291,-. Saya langsung impulsive beli tiketnya, muhaha.

Itinerary mendadak ikutan berubah:


Hari Pertama: Kuala Lumpur

Sekitar jam 15:30 saya ijin pulang cepat karena kondisi dari gerbang tol Bandara Soekarno-Hatta menuju terminal diinformasikan sedang padat sehubungan dengan ditutupnya gerbang M1. Dan saya gak perlu turun dari bus Damri untuk ikutan penumpang lain naik ojek demi mengejar flight. Walaupun memang sih dari Lebak Bulus menuju bandara hanya perlu 30 menit saja semenjak dibukanya tol baru dari JORR. Oh iya, kantor saya di area Lebak Bulus, fyi.

Setibanya di KLIA2 sekitar jam 23:45, saya langsung ngibrit menuju Oldtown White Coffee karena janjian dengan pihak YouniQ Hotel di sana untuk pickup service. Sempat ketar-ketir ditinggalin karena flight sempat delay 20 menit.

Ah ya, sebenarnya ada insiden mengenai hotel. Sekitar 2 bulan lalu kan saya booking Tune Hotel dan girang mampus karena bisa dapat rate hanya Rp 294,000/malam, tapi baru ngeh pas pagi hari keberangkatan kalau ternyata itu Tune Hotel KL Downtown dan bukannya yang KLIA :(

Langsung deh saya search hotel area Sepang, dan beruntung sekali nemu YouniQ Hotel ini dengan rate hanya Rp 331.000/malam dan hanya butuh 10 menit dari/ke KLIA2. Mereka hanya charge MYR 5 (oneway) untuk fasilitas airport pick-up dan drop-off. Overall bagus dan nyaman karena masih baru, jadi next time saya sepertinya akan stay di sana lagi kalau harus transit sekian jam di KL.


Hari ke dua: Penang

Sewaktu check-in saya reserve airport drop-off jam 5 pagi karena mau ngejar flight paling pagi ke Penang. Santai karena saya sudah webcheck-in jadi tidak perlu datang dini hari untuk ngantri panjang. 

Sayangnya flight tertahan 1 jam di landasan karena adanya boarding system error dari bandara KLIA2. Mau gak mau jadwal saya jadi molor deh sejam.

Sekitar jam 09:00 saya sampai di Penang dan langsung naik Rapid Penang no 401E untuk ke Komtar, bayar MYR 1,4. Sebaiknya sediakan uang receh, karena driver tidak menyediakan uang kembalian, jadi saya rugi 60 cents deh gara-gara ngasih uang MYR 2 -__-"

Sesampainya di Komtar, saya celingukan nungguin Rapid Penang no 203 yang ternyata adanya di dalam bus terminal, bukan di halte samping mol di mana saya diturunkan si driver 401E. Lumayan banyak waktu kebuang nungguin di sana, sekitar 45 menit. Tapi untungnya saya mikir pasti ada yang salah karena 203 gak muncul-muncul, untungnya saya nanya ke Office Boy yang lagi bersih-bersih persiapan buka toko.

Tarif Rapid Penang no 203 ke Kek Lok Si Temple adalah MYR 2 sekali jalan, pulangnya saya naik yang no 201. Ternyata banyak juga bus rute Komtar - Kek Lok Si Temple. Sayangnya menjelang pulang di sana hujan lumayan deras, bikin rada rempong jalan ke bus stop.







Guan Yin Temple: naik dengan cable car MYR 8

Hungry turtles di Kek Lok Si Temple



Dari Komtar, saya lanjut naik Rapid Penang no 101 ke Gurney Plaza. Ternyata harusnya saya turun di bus stop sebelumnya, karena dari Gurney Plaza lumayan jauh saya jalan kaki menuju 2 Burmese Temples yakni Wat Chaiya Mangkalaram dan Dhammikarama. Masuknya gratis lho.


Wat Chaiya Mangkalaram - Burmese Temple
Dhammikarama Burmese Temple



Berhubung saya malas jalan balik ke Gurney Plaza yang katanya dekat dengan Sleeping Budha berada, saya malah balik ke Komtar dengan bus no 101, tarifnya MYR 1,4.

Dari Komtar, saya nanya sana-sini karena gak nemu lokasi tempat CAT (bus gratis untuk keliling oldtown) menaikkan dan menurunkan penumpang. Ternyata memang bukan di Rapid Penang terminal, adanya di bagian depan pertokoan yang ada plang bertuliskan "CAT Free Shuttle Bus".

Saya minta diberhentikan di Little India dan keliling George Town Heritage City sampai sore. Sempat jajan-jajan sebentar, tapi cuma ingat foto 1 makanan doang hahaha saking napsunya.


Salah satu jajanan: tiram yang diorak-arik dengan telur

Little India


George Town

George Town

George Town


Sekitar jam 20:00, dari Komtar saya naik Rapid Penang no 304 ke Sungai Nibong Bus Terminal, bayar MYR 2. Sempat juga ngilangin pegel di massage couch di pertokoan Komtar, lumayan per 3 menit cuma MYR 1. Tapi buat saya 3 menit mana cukup sih hahaha...jadinya 15 menit deh.


Penampakan Sungai Nibong Bus Terminal dan kondisi dalam bus


Di Sungai Nibong saya tukar e-bus ticket dengan boarding pass lalu nongkrong di surau terminal sampai jam 10:45 karena di boarding pass tertera waktu pickup jam 11:15 pm dan mesti nunggu lumayan lama. Aslinya sih bus datang jam 12:15 dong. Ternyata waktu yang tertera di boarding pass adalah waktu bus berangkat dari post pertama yang entah di mana -__-"

Tapi busnya lumayan nyaman dan bisa selonjoran kaki, wifinya sih gak nyala dan untungnya juga saya ngantuk berat jadi gak gitu perduli. Ini fare termurah yang saya temuin di situs pembelian ticket online, cuma MYR 45 sudah all-in, nama agen busnya Komtar Gunung Raya atau Billion.



Hari ke 3: Melaka

Sesampainya di Melaka Sentral sekitar jam 07:00, saya langsung ngibrit ke toilet karena panggilan alam. Pagi itu gak mandi, hanya ganti pakaian, cuci muka-tangan dan gosok gigi. Bedakan tipis biar debu ga langsung nempel ke kulit. Dan gak lupa, parfuman sebanyak mungkin.

Lalu saya menclok di suatu kedai makan di dalam terminal untuk sarapan nasi lemak dan teh manis hangat. Serasa sarapan di rumah aja ini sih.

Dengan Panorama Bus no 17 yang bertarif MYR 1.6, saya sampai di Bangunan Merah, tempat awal saya mulai explore the herritage city.


Bangunan-bangunan merah - Stadhuys

St. Paul



Melaka River Park



Beruntungnya saya dapat sinyal free wifi tanpa password dari Bamboo Cafe walau gak masuk area cafe. Lumayan eksis sebentar paska hampa seharian di Penang tanpa wifi.

Di Jonker dan Tokong Street, saya sempat terlena dengan godaan kuliner dan shopping. Kepincut sama beberapa baju kece hasil hand-painting, berhubung harganya ga murah jadinya cuma beli celana kulot 1.

Temple-temple di Jonker Street dan Tokong Street



Arena kuliner dan shopping di Jonker dan Tokong Street

Penampakan karcis angkutan umum


Saya mesti balik lagi ke Melaka nih, karena kulinernya gak puas berhubung saya di sana hanya setengah hari saja ngejar flight dari KL yang boarding timenya 18:15. Beruntung si Transnasional Bus yang berangkat jam 15:00 dari Melaka Sentral cuma perlu 2 jam saja untuk ke KLIA2 jadi saya tidak perlu panik lari-lari mengejar boarding.

Sebenarnya sih kalau saya baca review orang-orang lebih enak naik Transnasional dari Mahkota Medical centre. Saya bukannya belum mencoba, tapi ternyata ticketing officenya tutup kalau hari minggu jadi saya harus beli ticket bus di Melaka Sentral. Dan ternyata lagi, bus yang pickup penumpang di Mahkota Medical Centre pasti transit di Melaka Sentral untuk angkut penumpang, yah..kalau begitu ngapain saya ke Mahkota Medical Centre dong? Hahaha...lumayan sih sempet nebeng sholat di lantai 3.

Kalau minat naik dari Mahkota Medical Centre, jangan kayak orang linglung macam saya, masuk ke gedung dari pintu belakang. Ticketing officernya ada di pintu belakang Rumah Sakit tersebut. Harga MYR 24. Tapi mending dari Melaka Sentral naiknya, nanggung kalau dari Mahkota.

Tau gak sih, si D40x sempat ngambek lagi, dan ternyata autofocusnya yang ngambek, duh terpaksa pakai manual focus dan bikin pegel mata ngekernya. Sebagian foto juga diambil pakai handphone jadinya.




Weekend Getaway di 2 Kota Bersejarah: Penang dan Melaka

Saya sempat galau karena sahabat ada yang nikahan tanggal 12 October, tapi berhubung saya ngebet banget pengen manfaatin ticket Jakarta - KL yang saya beli nyaris setahun lalu itu, saya pun gak pergi kondangan. Sebenarnya bukan KL yang saya tuju, niat pertama sih mau ke Melaka atau Malacca yang hanya perlu waktu 2 jam dari KLIA2 ke Melaka Sentral dengan Transnasional Bus.

Tapi kok sekitar sebulan lalu saya tiba-tiba kepingin melancong ke Penang juga, dan kebetulan lagi ada promo Airasia dari KL ke Penang hanya Rp 173.291,-. Saya langsung impulsive beli tiketnya, muhaha.

Itinerary mendadak ikutan berubah:


Hari Pertama: Kuala Lumpur

Sekitar jam 15:30 saya ijin pulang cepat karena kondisi dari gerbang tol Bandara Soekarno-Hatta menuju terminal diinformasikan sedang padat sehubungan dengan ditutupnya gerbang M1. Dan saya gak perlu turun dari bus Damri untuk ikutan penumpang lain naik ojek demi mengejar flight. Walaupun memang sih dari Lebak Bulus menuju bandara hanya perlu 30 menit saja semenjak dibukanya tol baru dari JORR. Oh iya, kantor saya di area Lebak Bulus, fyi.

Setibanya di KLIA2 sekitar jam 23:45, saya langsung ngibrit menuju Oldtown White Coffee karena janjian dengan pihak YouniQ Hotel di sana untuk pickup service. Sempat ketar-ketir ditinggalin karena flight sempat delay 20 menit.

Ah ya, sebenarnya ada insiden mengenai hotel. Sekitar 2 bulan lalu kan saya booking Tune Hotel dan girang mampus karena bisa dapat rate hanya Rp 294,000/malam, tapi baru ngeh pas pagi hari keberangkatan kalau ternyata itu Tune Hotel KL Downtown dan bukannya yang KLIA :(

Langsung deh saya search hotel area Sepang, dan beruntung sekali nemu YouniQ Hotel ini dengan rate hanya Rp 331.000/malam dan hanya butuh 10 menit dari/ke KLIA2. Mereka hanya charge MYR 5 (oneway) untuk fasilitas airport pick-up dan drop-off. Overall bagus dan nyaman karena masih baru, jadi next time saya sepertinya akan stay di sana lagi kalau harus transit sekian jam di KL.


Hari ke dua: Penang

Sewaktu check-in saya reserve airport drop-off jam 5 pagi karena mau ngejar flight paling pagi ke Penang. Santai karena saya sudah webcheck-in jadi tidak perlu datang dini hari untuk ngantri panjang. 

Sayangnya flight tertahan 1 jam di landasan karena adanya boarding system error dari bandara KLIA2. Mau gak mau jadwal saya jadi molor deh sejam.

Sekitar jam 09:00 saya sampai di Penang dan langsung naik Rapid Penang no 401E untuk ke Komtar, bayar MYR 1,4. Sebaiknya sediakan uang receh, karena driver tidak menyediakan uang kembalian, jadi saya rugi 60 cents deh gara-gara ngasih uang MYR 2 -__-"

Sesampainya di Komtar, saya celingukan nungguin Rapid Penang no 203 yang ternyata adanya di dalam bus terminal, bukan di halte samping mol di mana saya diturunkan si driver 401E. Lumayan banyak waktu kebuang nungguin di sana, sekitar 45 menit. Tapi untungnya saya mikir pasti ada yang salah karena 203 gak muncul-muncul, untungnya saya nanya ke Office Boy yang lagi bersih-bersih persiapan buka toko.

Tarif Rapid Penang no 203 ke Kek Lok Si Temple adalah MYR 2 sekali jalan, pulangnya saya naik yang no 201. Ternyata banyak juga bus rute Komtar - Kek Lok Si Temple. Sayangnya menjelang pulang di sana hujan lumayan deras, bikin rada rempong jalan ke bus stop.







Guan Yin Temple: naik dengan cable car MYR 8

Hungry turtles di Kek Lok Si Temple

Dari Komtar, saya lanjut naik Rapid Penang no 101 ke Gurney Plaza. Ternyata harusnya saya turun di bus stop sebelumnya, karena dari Gurney Plaza lumayan jauh saya jalan kaki menuju 2 Burmese Temples yakni Wat Chaiya Mangkalaram dan Dhammikarama. Masuknya gratis lho.


Wat Chaiya Mangkalaram - Burmese Temple
Dhammikarama Burmese Temple


Berhubung saya malas jalan balik ke Gurney Plaza yang katanya dekat dengan Sleeping Budha berada, saya malah balik ke Komtar dengan bus no 101, tarifnya MYR 1,4.

Dari Komtar, saya nanya sana-sini karena gak nemu lokasi tempat CAT (bus gratis untuk keliling oldtown) menaikkan dan menurunkan penumpang. Ternyata memang bukan di Rapid Penang terminal, adanya di bagian depan pertokoan yang ada plang bertuliskan "CAT Free Shuttle Bus".

Saya minta diberhentikan di Little India dan keliling George Town Heritage City sampai sore. Sempat jajan-jajan sebentar, tapi cuma ingat foto 1 makanan doang hahaha saking napsunya.


Salah satu jajanan: tiram yang diorak-arik dengan telur

Little India


George Town

George Town

George Town

Sekitar jam 20:00, dari Komtar saya naik Rapid Penang no 304 ke Sungai Nibong Bus Terminal, bayar MYR 2. Sempat juga ngilangin pegel di massage couch di pertokoan Komtar, lumayan per 3 menit cuma MYR 1. Tapi buat saya 3 menit mana cukup sih hahaha...jadinya 15 menit deh.


Penampakan Sungai Nibong Bus Terminal dan kondisi dalam bus


Di Sungai Nibong saya tukar e-bus ticket dengan boarding pass lalu nongkrong di surau terminal sampai jam 10:45 karena di boarding pass tertera waktu pickup jam 11:15 pm dan mesti nunggu lumayan lama. Aslinya sih bus datang jam 12:15 dong. Ternyata waktu yang tertera di boarding pass adalah waktu bus berangkat dari post pertama yang entah di mana -__-"

Tapi busnya lumayan nyaman dan bisa selonjoran kaki, wifinya sih gak nyala dan untungnya juga saya ngantuk berat jadi gak gitu perduli. Ini fare termurah yang saya temuin di situs pembelian ticket online, cuma MYR 45 sudah all-in, nama agen busnya Komtar Gunung Raya atau Billion.



Hari ke 3: Melaka

Sesampainya di Melaka Sentral sekitar jam 07:00, saya langsung ngibrit ke toilet karena panggilan alam. Pagi itu gak mandi, hanya ganti pakaian, cuci muka-tangan dan gosok gigi. Bedakan tipis biar debu ga langsung nempel ke kulit. Dan gak lupa, parfuman sebanyak mungkin.

Lalu saya menclok di suatu kedai makan di dalam terminal untuk sarapan nasi lemak dan teh manis hangat. Serasa sarapan di rumah aja ini sih.

Dengan Panorama Bus no 17 yang bertarif MYR 1.6, saya sampai di Bangunan Merah, tempat awal saya mulai explore the herritage city.


Bangunan-bangunan merah - Stadhuys

St. Paul



Melaka River Park

Beruntungnya saya dapat sinyal free wifi tanpa password dari Bamboo Cafe walau gak masuk area cafe. Lumayan eksis sebentar paska hampa seharian di Penang tanpa wifi.

Di Jonker dan Tokong Street, saya sempat terlena dengan godaan kuliner dan shopping. Kepincut sama beberapa baju kece hasil hand-painting, berhubung harganya ga murah jadinya cuma beli celana kulot 1.

Temple-temple di Jonker Street dan Tokong Street



Arena kuliner dan shopping di Jonker dan Tokong Street

Penampakan karcis angkutan umum


Saya mesti balik lagi ke Melaka nih, karena kulinernya gak puas berhubung saya di sana hanya setengah hari saja ngejar flight dari KL yang boarding timenya 18:15. Beruntung si Transnasional Bus yang berangkat jam 15:00 dari Melaka Sentral cuma perlu 2 jam saja untuk ke KLIA2 jadi saya tidak perlu panik lari-lari mengejar boarding.

Sebenarnya sih kalau saya baca review orang-orang lebih enak naik Transnasional dari Mahkota Medical centre. Saya bukannya belum mencoba, tapi ternyata ticketing officenya tutup kalau hari minggu jadi saya harus beli ticket bus di Melaka Sentral. Dan ternyata lagi, bus yang pickup penumpang di Mahkota Medical Centre pasti transit di Melaka Sentral untuk angkut penumpang, yah..kalau begitu ngapain saya ke Mahkota Medical Centre dong? Hahaha...lumayan sih sempet nebeng sholat di lantai 3.

Kalau minat naik dari Mahkota Medical Centre, jangan kayak orang linglung macam saya, masuk ke gedung dari pintu belakang. Ticketing officernya ada di pintu belakang Rumah Sakit tersebut. Harga MYR 24. Tapi mending dari Melaka Sentral naiknya, nanggung kalau dari Mahkota.

Tau gak sih, si D40x sempat ngambek lagi, dan ternyata autofocusnya yang ngambek, duh terpaksa pakai manual focus dan bikin pegel mata ngekernya. Sebagian foto juga diambil pakai handphone jadinya.