Migrasi Sebagian!

Saya batasi blog ini khusus yang berbahasa Indonesia saja, sedangan di blog yang satunya dalam bahasa Inggris yang awalnya saya buat untuk syarat ikutan kontribusi nulis di Travelicious.world.

Jadi...blog ini masih akan tetap hidup untuk share beberapa info yang gak cuma soal perjalanan.

Beberapa post tentang jurnal traveling saya pindahkan ke url baru:  http://lilitanurdiana.com



Saturday, December 13, 2014

Satu Pohon Untuk Gunung Prau

Akhir November lalu, saya ikutan pendakian Gunung Prau dari Dieng.
Iya. Hiking. Saya.
Seriously!

Gak percaya? Ini barbuknya:



Jalan Jumat malam dari Al Azhar sekitar jam 21:00, nyampe Dieng molor sesuai perkiraan. Tapi masih mending dibanding trip Agustus lalu, ini sampe sana Sabtu sekitar jam 14:00. 

Kita jalan dengan bus kecil yang dicarter oleh pihak EO, Simply Traveler. Biayanya juga cuma 435,000 all-in. Yang unik adalah trip ini mengusung program "Satu Pohon Untuk Gunung Prau". Saya mendukung banget pokoknya.

Ini pendakian pertama saya lho, dulu-dulu kan ke gunungnya pake cable car. Waktu ke Ijen juga hitungannya trekking doang gak pake hiking. Dan itupun cuman sekitar 2 jam. Jaman 3 tahun lalu ke EBC (Everest Base Camp), walaupun lebih dari 5,300 MDPL tapi kan masih bisa dijangkau dengan jeep, mendakinya pun cuma sebentar walaupun itu bikin warna muka saya jadi ungu dan bikin was-was orang-orang yang lihat hahaha. Ya maklum ketinggian segitu sudah pasti super minim oksigen.

Pendakian ke Gunung Prau dimulai menjelang gelap dan sampai puncak sekitar tengah malam via Dieng karena dinilai paling aman dan tidak terjal, walaupun rutenya lebih panjang.


Saya dan "Satu Pohon Untuk Gunung Prau" disertai iklan tidur-tiduran dll

Bongkar tenda dan turun gunung, kebanyakan rehat & fotonya jadi lama sampe bawah, lol

Waktu turun gunung, sempet nemu Tele Tubbies di Bukit Tele Tubbies




Rada nyesel juga naik gunung pas sudah masuk musim hujan. Mesti hujan-hujanan, becek-becekan dengan setelan jas hujun macem manusia kresek. Mendaki jadi lebih berat daripada biasanya. Gak dapet view Negri di Atas Awan gara-gara berkabut parah huhuhu...

Kami juga sempat ngalamin badai angin semalaman sampai pagi sebelum bongkar tenda, mau buang hajat pun perjuangan sekali jadinya, sambil payungan dan nyabutin rumput untuk ninggalin jejak, di balik pohon. Mana tenda saya sempet juntai nyaris rubuh lho.

Penasaran nyaksiin sendiri view dari Puncak Gunung Prau, harus ke sana lagi, tapi tunggu lupa sama capeknya dulu sih ya pastinya.

Dan terima kasih banyak untuk Mas Emil, salah satu guide, yang pasrah minjemin tangannya buat mapah saya di tiap medan terjal. Sabar banget nemenin saya yang tiap 10-20 langkah rehat ngambil napas, udah macem nenek-nenek. Juga Zamroni, salah satu peserta yang sempet awal-awal minjemin tangannya. Besok-besok kalau saya naik gunung harus sewa tangan dan joki buat ngangkut carrier deh kali ya 😉



No comments:

Post a Comment