Migrasi Sebagian!

Saya batasi blog ini khusus yang berbahasa Indonesia saja, sedangan di blog yang satunya dalam bahasa Inggris yang awalnya saya buat untuk syarat ikutan kontribusi nulis di Travelicious.world.

Jadi...blog ini masih akan tetap hidup untuk share beberapa info yang gak cuma soal perjalanan.

Beberapa post tentang jurnal traveling saya pindahkan ke url baru:  http://lilitanurdiana.com



Saturday, March 5, 2011

Thailand Bagian Ke-3: Explore Bangkok

Kembali ke Bangkok...



3 Maret 2011:



Setelah bermalam di Suvarnabhumi Airport, kami giliran ganti baju, cumuk, cutek, gosok gigi dan semprot-semprot body spray. Sambil agak-agak gak rela kenapa si 2 orang bule ganteng yang tidur di kursi depan kami kok gak pamitan pas pergi 😅


Dengan muka bantal, kami pergi ke Left Baggage yang terletak di lantai 2 untuk nitipin koper-koper kami, harganya THB 100/bag/day.

Lalu kami pergi ke Democracy Museum dengan Airport Express Bus E32 seharga THB 150/orang yang berangkat pukul 8.30. Perhentian terakhir bus ini adalah Khaosan area, area dimana kami menginap sewaktu kami pertama tiba di Bangkok. Tapi kami minta berhenti di Democracy Museum, perhentian pertama.

Mampir sebentar sarapan nasi goreng setelah menyusuri sepanjang jalan Democracy Museum yang berjejeran rapi para penjual karcis lotre.

Maaf gak bisa posting foto-foto democracy museum dll, hasilnya gak fokus padahal dah pake autofocus juga. Emang masih amatiran. Lol.



Grand Palace


Harga ticketnya cukup mahal, THB 350 tapi untuk beberapa tempat.















Wat Pho: The Golden Sleeping Buddha






Platinum Shopping Centre

Karena penasaran kepengin ke sini, kami memaksakan diri nyetop tuk tuk dan dikasih tarif THB 200. Mending naik taksi seharga THB 100 sambil ngadem pake AC dong? Tapi itupun sambil denger curhatan si sopir taksi baik hati yang katanya ngasih tarif murah karena kami sama-sama memiliki "good heart". Serius. 😄

Saya dapet 1 t-shirt seharga THB 100 yang setara dengan IDR 30rb dan blouse seharga THB 50. Puyeng muter-muter dan gak dapet yang sesuai selera, kamipun akhirnya beranjak menuju railway station dengan berjalan kaki selama 10 menit, sesuai petunjuk si mbak-mbak bagian informasi di Platinum.

Sempet begaya cupu karena bingung gak tau cara beli tiket BTS. Syukurnya orang baik selalu diketemukan orang baik hati lagi, yang membimbing kami membeli tiket dengan benar.

Dengan bermodalkan tiket BTS dari stasiun dekat Platinum menuju Phaya Thai seharga THB 15 dan koin skytrain dari Phaya Thai menuju Suvarnabhumi seharga THB 45, alhamdulillah kamipun tiba tepat 2 jam sebelum flight etd. Sempat nebus koper di Left Baggage, sholat Magrib dan nuker sisa THB ke USD, re-packing, cuci muka dan ganti baju. Lalu pulang ontime sesuai waktu yang disebutkan di tiket : 22.20. Syukurlah gak ada delay.

Perjalanan seru ini hanya membutuhkan +/- Idr 4 juta termasuk tiket AirAsia PP Jkt-Bkk dan domestic flight AirAsia Bangkok - Chiangmai PP.

Cerita tentang perjalan saya dan 2 teman ke 3 kota di Thailand berakhir di sini, sampai jumpa di kisah lainnya 😃



Thailand Bagian Ke-2: Explore Chiang Mai

Chiang Mai: 1 Maret 2011

Kami nyaris kebablasan tidur karena alarm gak ada yang bunyi. Gak ada alarm batuk si temen juga. Untung saya tiba-tiba terbangun jam 3:38, masih ada waktu untuk gosok gigi dan cuci muka lalu ganti baju.

Selesai check-out dan booking kamar untuk tanggal 3 Maret, pas banget si Airport Bus dateng jemput. Agak lega karena driver ga perlu nungguin kita. 

Kami pun lalu naik ke bus yang mayan penuh dengan para bule yang mau ke airport juga subuh-subuh.  Puas dengan flightnya Airasia Bangkok-Chiangmai, gak pakai delay.

Sesampainya di hotel yang sudah kami book via Agoda, kami pun menitipkan koper-koper di reception karena belum jam 12:00 waktunya check in.

Gak Jauh dari hotel, kami mampir ke travel agent dekat hotel dan memutuskan mengambil half-day package tour seharga THB 800 per grup. Hidih sumpah murah, dibanding harga yang ditawarin si hotel THB 500/orang. Dah gitu si owner yang baik hati sendiri yang nyetirin kita dengan mobil sejenis carnival yang bagus. Tapi itu anggapan kami awalnya. 

Sampai kemudian belakangan kami nyadar kalo di Bapak itu cuman nganter kami ke 1 tempat saja, ngilangin tempat tujuan wisata yang lain. Gak bener, kami terlalu cepat memuji orang. Makanya kita mutusin gak jadi ambil paket whole-day tour buat besokannya. Ke~ce~le berat.



Wat Phrathat Doi Suthep:



Banyak cewe-cewe cakep yang minta dimudahkan jodohnya

Balik ke hotel sekitar jam 12 siang, kami pun leyeh-leyeh dan lalu ketiduran karena pada mabok gara-gara perjalanan ke Golden Temple yang berliku. Jam 2 kami jalan keliling Chiangmai dengan angkot dan jalan kaki. Ngangkot THB 20/orang. Banyak juga candi-candi bagus di seputaran tengah kota. Kami juga sempat mampir toko kecil berisi baju-baju bagus khas Chiang Mai. Harganya juga lumayan bagus.


Malamnya kami menyusuri night market di area hotel kami dan sempat kalap beli baju dan souvenir, gak lupa beli Thai Iced Tea kedemenan saya 😆


Punya saya yang tengah, tanpa milk
sempet motret ini pas abis sunset, kuil dekat hotel



March 2nd, 2011 :

Setelah check out dari hotel jam 7 pagi, kamipun berangkat menuju Chiang Rai dengan mobil carteran seharga THB 3,300 untuk masa sewa 1 hari full, yang kami temukan di seberang hotel malam sebelumnya. Ownernya pasutri lansia yang baik hati. Di perjalanan, kami sempatkan untuk sarapan nasi goreng udang yang kami beli di 7-Eleven. Si Pak sopir sudah nyiapin aqua untuk kami semua. Baiknya... *peluk-peluk pak sopir*  *digetok bininya*

Tujuan pertama adalah The White Temple, tapi kami sempat mampir selama 15 menit di Hotspring. Nyicipin ngerendam kaki di air panas. Kaki saya agak-agak menuju melepuh.



Teman lagi Celup2 kaki di hotspring 
White Temple

Kemudian kami menuju Ahka dan Long Neck Villages yang ternyata berdekatan. Bingung juga kenapa para city tour selalu memisahkan paket whole-day tour untuk 2 perkampungan kuno ini ya? 

Ada additional cost kalau kita mau tambah ke Long Neck Village. Untung kami gak ambil paket tour, kami memutuskan sewa mobil seharian. Dianjurkan untuk nyarter mobil, lebih ngirit duwit dan juga waktu. Kalo ikutan tour, banyak mampir-mampir ke tempat-tempat gak penting.


Ahka Village
Long Neck Karen Hilltribe Village

Selepas dari sana, kami menuju money changer karena mulai kere akan THB. Lalu kami pun didrop di airport pukul 16.30, padahal pesawat kami ke Bangkok masih lama jam 22.20. Kami sempet pasang aksi mati gaya lola-lolo setelah kelar dari Burger King.

Setibanya di Suvarnabhumi airport, kami ketinggalan airport bus terakhir menuju Khaosan area E32. Begitupun skytrain. Istilah mereka : 'FINISH' yang diucapkan dengan suara kumur-kumur gak jelas, bikin saya gak mudeng-mudeng dan ngulang-ngulang pertanyaan "Bus to Khaosan Road?"

Entah kena angin apa, kok terus kami memutuskan bermalam di airport, sesuai cita-cita saya yang kepingin kayak turis-turis bule tidur di airport, kok kayaknya keren. Padahal sih boro-boro keren, pegel tidur di kursi bandara 😅

Masih ada lanjutannya di post berikutnya...



Thailand Bagian 1 : Floating Market Dan Ayutthya

Hampir setahun lalu, saya dan 2 orang teman iseng beli tiket obralan Airasia seharga 700rb-an PP dah termasuk bagasi dan insurance. Lalu tahun depannya kami memulai petualangan ke Thailand dengan flight QZ7716 yang berangkat pukul 16.20 Minggu, 27 Maret 2011. Sempat terjadi turbulance yang sangat parah yang membuat saya menghentikan membaca Ksatria Pedang Panjang-nya Fira Basuki dan beralih ke wirid.

Dan alhamdulillah kami pun sampai di Bangkok dengan body pesawat yang masih utuh. Sebelomnya saya sempat parno kalo baling-baling pesawat ada yang somplak dikit gara-gara turbulance 😂 Tapi syukurnya nggak. Kalo lagi panik emang imajinasi suka berlebihan.

Sesampainya di Bangkok, kamipun langsung turun ke lantai dasar untuk membeli koin skytrain menuju Phaya Thai, yang dibantu oleh kakak pelajar yang baik hati yang nyamperin kami. Mungkin kami terlihat bingung dan berisik sehingga si Kakak pelajar berpenampilan tomboi tersebut memutuskan menuntaskan kebisingan itu. Baiknya si kakak...

Eh..kok saya jadi inget pilem Bangkok Traffic Love Story pas lagi bengong-bengong di Skytrain ya? Halah 😅

Nah, dari Phaya Thai kami memutuskan untuk naik taksi menuju area backpacker di Khaosan Road, yang sebelumnya sempat ditolak oleh 3 taksi yang ngakunya gak ngerti daerah sana. Situ gak ngerti, ya apalagi kita, Mas? 😒

Setelah muter-muter nyasar, nungguin si sopir taksi dalam bahasa yang kita gak ngerti. Berhubung kita gak ngerti dia ngomong apa, jadi kita menjudge kalo dia lagi ngomong sendiri sambil bentar-bentar diam sok-sok mikir dan nanya sana-sini, lalu kami yang udah mumet nyaksiin beliau itu pun memutuskan untuk turun dari taksi dan geret-geret koper di area pasar malam Khaosan yang hiruk-pikuk oleh para pedagang dan pelancong. Dan alhamdulillah, kami menemukan hostel yang kami cari. 

Baiklah...kemudian setelah check in dan nyimpen perabotan, kami balik ke hingar-bingar yang kami lewati tadi, Pasar Malam. Mondar-mandir nyari money changer yang tersebar nyaris tiap 5 meter di sepanjang jalan tersebut, yang tidak 1 pun masih ada yang buka.

Pasrah tapi nyadar kalo kami butuh duwit Bath untuk beli makanan dan simcard, akhirnya saya memutuskan untuk tarik tunai di atm. Mayan kebeli simcard 1 2 call seharga THB 200 yang membuat saya merasa telah dikibuli si mbak-mbak 7-Eleven, padahal harga aslinya hanya sekitar THB 50 saja 😑

Puas setelah belanja buah-buahan potong buat doping, akhirnya kamipun balik ke hotel untuk mandi keramas bergilir. Dan lalu kami istirahat.

Lagi nyenyak-nyenyaknya tidur, saya kebangun dan mengira sudah waktunya daily alarm saya berbunyi, yang selalu saya setel jam 5 pagi. Eh, ternyata bukan! Itu hanya suara batuk-batuk si Dewi, teman yang tidur di sebelah saya, yang cukup konsisten selama 1/2 jam batuk tanpa jeda. Btw, rekor batuk tanpa jeda di MURI berapa lama yah? Sayapun lalu sambil setengah tidur nepuk-nepuk punggungnya dan nyuruh si temen minum air putih.

Karena hopeless dengan batuk-batuk si temen yang gak juga reda, akhirnya saya memutuskan lanjutin tidur sampai dibangunin alarm yang sesungguhnya untuk sholat Subhuh tepat pas jam 5.

2 teman yang lain pun lalu menyusul bangun dan sholat bareng. Lalu kami on schedule pergi jam 6 pagi tanpa melakukan ritual bersih-bersih karena merasa pagi itu dingin dan kami merasa badan kami gak berkeringat dan bau. Biasalah, begaya sok-sok ngirit air 😄

Kembali nekad menyusuri jalanan semalam yang ditebari money changer yang tutup, kami semangat mau nukerin duwit. Tapi masih tutup juga 😅

Dengan berbekal THB 360, kamipun kembali nekad. Menyetop taksi menuju Floathing Market, yang kami pikir cukup dengan THB 200. Padahal perjalanan 1 jam-an dan sampai di TKP dengan argometer THB 714. Hmmm. Untung si taksi mau nungguin kita kelar urusan di Floating Market, jadi kami berpikir untuk bayar dia sepulangnya kami dari sana dan mampir money changer di Bangkok. Total cost
PP Bangkok-Floating Market THD 1,750.

Kami sempat nyicipin jajanan pasar sana, cakwe berbetuk bintang dan susu kedelai hangat yang ada biji selasihnya. Gak minat untuk shopping.





Kelar urusan di Floating Market, kami minta didrop di stasiun KA setelah mampir money changer dulu sebelumnya. Tiket menuju Ayutthya seharga THD 15 per orang, bagian ticketing dan informasi-nya ramah banget ngasih petunjuk. Pas nanya waktu keberangkatan, si mbak informasi teriak: "NOW. Seven." Yang maksudnya KA di jalur 7 sekarang mau berangkat. Ngacirlah kita.

Kami sempet bengang-bengong, ternyata disediakan area khusus Monk alias biksu di dalam gerbong. Pokonya para pelancong yang baru pertama kali naik KA di Thailand mungkin agak heran dan berakhir dengan memotret papan petunjuknya. Seperti kami dan seorang om-om bule. 





Isi Gerbong


Dari Bangkok menuju Ayutthya, membutuhkan sekitar 90 menit. Setibanya di sana, kami langsung diserbu para calo yang menawarkan paket perjalanan dengan tuk tuk, kendaraan mirip-mirip bemo gitu. Dan berhubung kami telah berpengalaman menjadi korban penipuan calo sejenis, kamipun menolak dan pura-pura jalan sampai pasar seberang stasiun. Kami ngiler dan lalu membeli pasangan sate ayam dan nasi ketan yang bikin ketagihan yang lalu jadi menu makan siang kami.

Kembali kami disamperin seorang calo, tapi kami pura-pura cool dan jalan menuju tepi sungai, membayar feri THD 4/orang untuk menyebrang sungai tersebut. Dari sana kamipun lalu menawar tuk tuk dengan harga akhir THD 600 untuk berkeliling selama 3 jam. Katanya sih special price untuk sodara sesama orang asia 😀



Tuk Tuk yang setia menunggu kami


Puas berkeliling sambil mulai bosan dengan candi-candi dari batu bata merah, akhirnya kamipun kembali naik KA ke Bangkok dengan diteriakin si mbak ticketing karena pas banget keretanya dah mau jalan: "NOW!!" Dan kamipun ngacir ke jalur kereta paling ujung.

Kenapa yah, tiap naik KA slalu tergopoh-gopoh takut ketinggalan terus? Batal deh niat kita untuk beli cemilan dan minuman di 7 Eleven. Timingnya itu lho, kenapa jadwal kereta selanjutnya selalu pas kita tiba beli tiket di stasiun.


Ini beberapa tempat wisata yang kami kunjungin di Ayutthya:




Wat Yai Chamongkhon


 



Berlanjut ke post berikutnya...