Migrasi Sebagian!

Saya batasi blog ini khusus yang berbahasa Indonesia saja, sedangan di blog yang satunya dalam bahasa Inggris yang awalnya saya buat untuk syarat ikutan kontribusi nulis di Travelicious.world.

Jadi...blog ini masih akan tetap hidup untuk share beberapa info yang gak cuma soal perjalanan.

Beberapa post tentang jurnal traveling saya pindahkan ke url baru:  http://lilitanurdiana.com



Saturday, March 5, 2011

Thailand Bagian 1 : Floating Market Dan Ayutthya

Hampir setahun lalu, saya dan 2 orang teman iseng beli tiket obralan Airasia seharga 700rb-an PP dah termasuk bagasi dan insurance. Lalu tahun depannya kami memulai petualangan ke Thailand dengan flight QZ7716 yang berangkat pukul 16.20 Minggu, 27 Maret 2011. Sempat terjadi turbulance yang sangat parah yang membuat saya menghentikan membaca Ksatria Pedang Panjang-nya Fira Basuki dan beralih ke wirid.

Dan alhamdulillah kami pun sampai di Bangkok dengan body pesawat yang masih utuh. Sebelomnya saya sempat parno kalo baling-baling pesawat ada yang somplak dikit gara-gara turbulance 😂 Tapi syukurnya nggak. Kalo lagi panik emang imajinasi suka berlebihan.

Sesampainya di Bangkok, kamipun langsung turun ke lantai dasar untuk membeli koin skytrain menuju Phaya Thai, yang dibantu oleh kakak pelajar yang baik hati yang nyamperin kami. Mungkin kami terlihat bingung dan berisik sehingga si Kakak pelajar berpenampilan tomboi tersebut memutuskan menuntaskan kebisingan itu. Baiknya si kakak...

Eh..kok saya jadi inget pilem Bangkok Traffic Love Story pas lagi bengong-bengong di Skytrain ya? Halah 😅

Nah, dari Phaya Thai kami memutuskan untuk naik taksi menuju area backpacker di Khaosan Road, yang sebelumnya sempat ditolak oleh 3 taksi yang ngakunya gak ngerti daerah sana. Situ gak ngerti, ya apalagi kita, Mas? 😒

Setelah muter-muter nyasar, nungguin si sopir taksi dalam bahasa yang kita gak ngerti. Berhubung kita gak ngerti dia ngomong apa, jadi kita menjudge kalo dia lagi ngomong sendiri sambil bentar-bentar diam sok-sok mikir dan nanya sana-sini, lalu kami yang udah mumet nyaksiin beliau itu pun memutuskan untuk turun dari taksi dan geret-geret koper di area pasar malam Khaosan yang hiruk-pikuk oleh para pedagang dan pelancong. Dan alhamdulillah, kami menemukan hostel yang kami cari. 

Baiklah...kemudian setelah check in dan nyimpen perabotan, kami balik ke hingar-bingar yang kami lewati tadi, Pasar Malam. Mondar-mandir nyari money changer yang tersebar nyaris tiap 5 meter di sepanjang jalan tersebut, yang tidak 1 pun masih ada yang buka.

Pasrah tapi nyadar kalo kami butuh duwit Bath untuk beli makanan dan simcard, akhirnya saya memutuskan untuk tarik tunai di atm. Mayan kebeli simcard 1 2 call seharga THB 200 yang membuat saya merasa telah dikibuli si mbak-mbak 7-Eleven, padahal harga aslinya hanya sekitar THB 50 saja 😑

Puas setelah belanja buah-buahan potong buat doping, akhirnya kamipun balik ke hotel untuk mandi keramas bergilir. Dan lalu kami istirahat.

Lagi nyenyak-nyenyaknya tidur, saya kebangun dan mengira sudah waktunya daily alarm saya berbunyi, yang selalu saya setel jam 5 pagi. Eh, ternyata bukan! Itu hanya suara batuk-batuk si Dewi, teman yang tidur di sebelah saya, yang cukup konsisten selama 1/2 jam batuk tanpa jeda. Btw, rekor batuk tanpa jeda di MURI berapa lama yah? Sayapun lalu sambil setengah tidur nepuk-nepuk punggungnya dan nyuruh si temen minum air putih.

Karena hopeless dengan batuk-batuk si temen yang gak juga reda, akhirnya saya memutuskan lanjutin tidur sampai dibangunin alarm yang sesungguhnya untuk sholat Subhuh tepat pas jam 5.

2 teman yang lain pun lalu menyusul bangun dan sholat bareng. Lalu kami on schedule pergi jam 6 pagi tanpa melakukan ritual bersih-bersih karena merasa pagi itu dingin dan kami merasa badan kami gak berkeringat dan bau. Biasalah, begaya sok-sok ngirit air 😄

Kembali nekad menyusuri jalanan semalam yang ditebari money changer yang tutup, kami semangat mau nukerin duwit. Tapi masih tutup juga 😅

Dengan berbekal THB 360, kamipun kembali nekad. Menyetop taksi menuju Floathing Market, yang kami pikir cukup dengan THB 200. Padahal perjalanan 1 jam-an dan sampai di TKP dengan argometer THB 714. Hmmm. Untung si taksi mau nungguin kita kelar urusan di Floating Market, jadi kami berpikir untuk bayar dia sepulangnya kami dari sana dan mampir money changer di Bangkok. Total cost
PP Bangkok-Floating Market THD 1,750.

Kami sempat nyicipin jajanan pasar sana, cakwe berbetuk bintang dan susu kedelai hangat yang ada biji selasihnya. Gak minat untuk shopping.





Kelar urusan di Floating Market, kami minta didrop di stasiun KA setelah mampir money changer dulu sebelumnya. Tiket menuju Ayutthya seharga THD 15 per orang, bagian ticketing dan informasi-nya ramah banget ngasih petunjuk. Pas nanya waktu keberangkatan, si mbak informasi teriak: "NOW. Seven." Yang maksudnya KA di jalur 7 sekarang mau berangkat. Ngacirlah kita.

Kami sempet bengang-bengong, ternyata disediakan area khusus Monk alias biksu di dalam gerbong. Pokonya para pelancong yang baru pertama kali naik KA di Thailand mungkin agak heran dan berakhir dengan memotret papan petunjuknya. Seperti kami dan seorang om-om bule. 





Isi Gerbong


Dari Bangkok menuju Ayutthya, membutuhkan sekitar 90 menit. Setibanya di sana, kami langsung diserbu para calo yang menawarkan paket perjalanan dengan tuk tuk, kendaraan mirip-mirip bemo gitu. Dan berhubung kami telah berpengalaman menjadi korban penipuan calo sejenis, kamipun menolak dan pura-pura jalan sampai pasar seberang stasiun. Kami ngiler dan lalu membeli pasangan sate ayam dan nasi ketan yang bikin ketagihan yang lalu jadi menu makan siang kami.

Kembali kami disamperin seorang calo, tapi kami pura-pura cool dan jalan menuju tepi sungai, membayar feri THD 4/orang untuk menyebrang sungai tersebut. Dari sana kamipun lalu menawar tuk tuk dengan harga akhir THD 600 untuk berkeliling selama 3 jam. Katanya sih special price untuk sodara sesama orang asia 😀



Tuk Tuk yang setia menunggu kami


Puas berkeliling sambil mulai bosan dengan candi-candi dari batu bata merah, akhirnya kamipun kembali naik KA ke Bangkok dengan diteriakin si mbak ticketing karena pas banget keretanya dah mau jalan: "NOW!!" Dan kamipun ngacir ke jalur kereta paling ujung.

Kenapa yah, tiap naik KA slalu tergopoh-gopoh takut ketinggalan terus? Batal deh niat kita untuk beli cemilan dan minuman di 7 Eleven. Timingnya itu lho, kenapa jadwal kereta selanjutnya selalu pas kita tiba beli tiket di stasiun.


Ini beberapa tempat wisata yang kami kunjungin di Ayutthya:




Wat Yai Chamongkhon


 



Berlanjut ke post berikutnya...

No comments:

Post a Comment